728x90 AdSpace

  • Latest News

    15 January 2015

    Ilmu Revolusioner Dan Penyerapannya

    Teori Marx
    Tiga Unsur Marxisme-Leninisme dan Pemikiran Mao Tsetung: (1) Filsafat MDH; (2) Kritik Ekonomi Politik (Kapitalisme); (3) Sosialisme Ilmiah.

    Ketiga unsur ini bukanlah tiga pengetahuan revolusioner yang terpisah, sehingga ketika kita hanya mengambil salah satu unsur, lalu dianggap bahwa kita sudah menyerap ilmu revolusioner. Ketiga unsur ilmu revolusioner ini adalah satu kesatuan sebagai panduan perjuangan revolusioner melawan kapitalisme-imperialisme.

    Ketika organisasi massa atau politik gerakan belum menyerap ketiga-tiganya, maka panduan perjuangannya belumlah mencapai bidang dan tujuan perjuangan revolusioner yang utuh. Karena itu, kita masih saja belum mengerti dan menyadari dengan baik apa itu kontradiksi dalam realitas dan bagaimana cara mengatasi kontradiksi itu ketika ia menyangkut perjuangan.

    Ketika suatu organisasi perjuangan mungkin memahami dengan baik MDH, namun belum memahami Kritik Ekonomi Politik, ia pun kebingungan dalam memahami kondisi ekonomi politik di negaranya, atau kurang memahami cara produksi yang berlaku di negaranya, apalagi mengambil sikap dan tindakan terhadap masalah konkrit dalam perjuangan buruh, misalnya penolakan terhadap upah murah sebagai jalan melawan kapitalisme pada tahap awal.

    Sebagai contoh, dalam The Capital, karya besar Karl Marx, kapital dibagi atas kapital konstan dan kapital variabel, atau kapital tetap dan kapital bergerak. Pemilahan kapital tetap (Constant capital) dan kapital variabel terkait dengan segi-segi produksi yang menciptakan nilai baru.

    Kapital konstan mencakup pengeluaran uang untuk (1) aset-aset tetap (fixed assets) seperti bangunan-bangunan, mesin, tanah, (2) bahan baku dan perlengkapan tambahan untuk mengambil bahan baku, termasuk jasa-jasa eksternal untuk proses ini, dan (3) sejumlah biaya tak terduga. Sementara kapital variabel mengacu pada pengeluaran modal untuk biaya tenaga kerja yang merupakan upah atau gaji buruh.

    Jadi, kapital konstan mengacu pada muatan bukan manusia dalam proses produksi, sementara kapital variabel mengacu pada muatan manusia (menyewa tenaga kerja). Marx menyebut bagian konstan dari pengeluaran kapital--diproduksi, dibeli, diambil dari pasar dan digunakan untuk menciptakan produk-produk baru--tidak dengan sendirinya menciptakan nilai baru dari produksi, atau meningkatkan nilai dari proses produksi. Nilai peralatan dan bahan-bahan baku produksi ini diawetkan dan dialihkan menjadi nilai baru melalui tenaga kerja aktif (living labor), sekalipun sebuah pabrik sudah menggunakan mesin-mesin otomatis dalam setiap bidang produksinya, produksi tetap memerlukan tenaga kerja manusia (meskipun bersifat mental, misalnya operator komputer yang berhubung dengan mesin-mesin).

    Harga pasar yang menguasai kapital konstan ini bisa berubah setelah dibeli untuk produksi, namun ia tidak mempengaruhi muatan produksi. Pemilahan kapital konstan dan kapital variabel dilihat dari segi muatannya, bahwa kapital variabel adalah biaya yang dikeluarkan atas tenaga kerja. Hanya tenaga kerja (kapital variabel) inilah yang menciptakan nilai baru. Semakin tinggi nilai produksi yang dihasilkan jika dibandingkan dengan biaya produksi total, maka ia hanya berkaitan dengan semakin besar eksploitasi tenaga kerja aktif dalam proses produksi. Kapital variabel disebut variabel karena nilainya beragam dalam proses produksi, artinya ia menciptakan banyak produk, suatu proses kreatif dari tenaga kerja manusia itu sendiri.

    Dari uraian ringkas tentang kritik ekonomi politik ini, kita bisa menarik kesimpulan:

    (1) Kekuatan produksi kapitalisme tidak terletak pada kapital konstan, tetapi justru ditentukan oleh kapital variabel. Jadi, tenaga kerja manusia sendiri yang menciptakan nilai baru, dari kerja produksi untuk pelbagai jenis barang.

    (2) Nilai lebih (surplus value) dari produksi atau laba dari penjualan/nilai tukar komoditas, hanya bisa didapatkan dari eksploitasi tenaga kerja, entah dari kerja per produk atau kerja per jam. Karena itu, syarat kapitalisme adalah upah murah, dalam arti pembelian tenaga kerja atas nilai hidup dasar yang rendah dari buruh, atau hanya menyangkut upah buruh untuk bisa bernafas dan bekerja saja.

    (3) Jumlah penduduk yang besar di suatu negara atau kawasan, merupakan ruang yang menguntungkan bagi kapitalisme untuk mengalihkan kapitalnya. Namun jumlah persediaan tenaga kerja yang besar ini sesungguhnya tidak secara langsung memudahkan perpindahan kapital, karena ia terkait dengan kapasitas/kemampuan dan penyesuaian tenaga kerja dalam proses produksi baru di suatu daerah, belum lagi biaya konstan kapital lainnya dan masalah sosial lingkungannya.

    Lalu apa alasan terjadinya capital flight ("peredaran bebas kapital")? Sebelum mengungkap penyebabnya, pengertian capital flight harus dijelaskan. "Capital Flight" adalah eksodus (pengalihan/penarikan) besar-besaran dari aset keuangan (financial) dari suatu negara ke negara lain karena peristiwa-peristiwa seperti kegoyahan politik atau ekonomi, penurunan nilai mata uang atau beban pengendalian kapital.

    Dalam "Wage Labor and Capital", Marx mencatat: "Jika harga komoditas merosot di bawah biaya produksinya, maka kapital akan ditarik dari produksi komoditas tersebut. (Kasus ini terjadi di Indonesia dalam penutupan pabrik elektronik Sony yang menimbulkan PHK [job cut] besar-besaran--Pengutip) Kecuali dalam bidang industri yang sudah usang sehingga ia punah, produksi dari suatu komoditas (penawaran/suply) akan terus merosot sampai ia sesuai dengan permintaan (demand) dan harga komoditas naik kembali sesuai dengan tingkat biaya produksi, atau sampai penawaran jatuh di bawah permintaan sehingga harganya melebihi biaya produksi."

    Jadi, "kita melihat dengan jelas cara kapital terus keluar (emigrasi) dari suatu negara untuk satu cabang industri dan kapital masuk (imigrasi) ke negara lainnya. Harga tinggi (laba besar) menyebabkan imigrasi (masuknya kapital) besar-besaran (ke dalam suatu negara), dan harga rendah (laba kecil) akan menyebabkan keluarnya kapital dari suatu negara."

    Dengan demikian, hukum capital flight, tidak terletak pada keputusan politik fiskal (pajak dan sejanisnya) dan regulasi atau peraturan perekonomian (seberapapun longgarnya dan bebasnya aturan investasi), namun pada hukum permintaan dan penawaran dari komoditas itu sendiri, dan sejauh mana kapital bisa diakumulasi dari laba yang sebesar-besarnya. Keputusan politik dari kelas penguasa pro imperialis di seluruh negeri akan mengabdi pada tujuan kapitalisme ini. Selain itu, suatu negara yang menjadi pusat industri akan menarik tenaga kerja dari luar negaranya, dan konsekwensinya sebagai pusat migrasi penduduk, terutama dari negara-negara tetangganya. Karena itu, dalam kapitalisme global, buruh migran adalah keniscayaan dalam memasukkan cadangan tenaga kerja murah dari luar negeri, seperti kasus di Jerman (buruh migran dari Turki dan Polandia), Prancis (buruh migran dari Aljazair dan negara Afrika Utara lainnya), Malaysia (TKI dan buruh migran dari Bangladesh serta Nepal), Taiwan (TKI), dan sebagainya. Sementara hukum perolehan laba itu tidak terjadi karena pertukaran atau perdagangan, tetapi karena nilai lebih yang dieksploitasi dari tenaga kerja melalui pembeliannya atau disebut upah.

    (4) Kekuatan ekonomi suatu negara terletak pada tenaga kerja, sehingga semua kapital konstan yang sesungguhnya juga produk dari tenaga kerja, kecuali sumber daya alam, tidak akan menghasilkan nilai baru (ingat bukan nilai lebih) sama sekali. Dengan kata lain, tanah, air dan isinya yang mempunyai nilai tukar atau menjadi komoditas, dan semua alat produksi, tidak akan menghasilkan nilai baru tanpa tenaga kerja buruh, atau kelas pekerja pada umumnya. Karena itu, kedaulatan ekonomi tidak tergantung pada kapital konstan, sehingga suatu negara yang kaya akan sumber daya alam, tidak akan mempunyai kapasitas untuk mengembangkan kekuatan produksinya, tanpa kedaulatan politik dari kelas pekerja. Atau sebaliknya, negara dalam sistem kapitalisme hanyalah merupakan lembaga kekuasaan ekonomi borjuis yang mengeksploitasi tenaga kerja melalui nilai lebih.

    Contoh ringkas ini menunjukkan bahwa kritik ekonomi politik revolusioner sangat penting untuk memahami kekuatan ekonomi suatu masyarakat atau negara, dan menjadi panduan penting untuk menentukan sikap dan aksi politik dari perjuangan sektor rakyat dalam melawan penindasan kapitalisme-imperialisme, dengan syarat ia harus dipelajari dengan tekun dan sabar, dan dijadikan bahan pendidikan dalam organisasi perjuangan tersebut.

    Unsur yang ketiga, sosialisme ilmiah, niscaya tidak boleh diabaikan, karena ia mengandung arah perjuangan melawan kapitalisme. Kajian ini tentu saja diperlukan untuk mengetahui secara konkrit arti pentingnya bagi tujuan perjuangan revolusioner. (Pustaka Hikmah)
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Disclaimer : Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi massAksi. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan

    Item Reviewed: Ilmu Revolusioner Dan Penyerapannya Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top