728x90 AdSpace

  • Latest News

    23 September 2012

    Minah Tetap Dipancung


    Posted on March 22, 2012



     


     
    Aku sudah tiada
    Tetapi masih teringat malam
    Sebelum kepala
    Dipisahkan dari tubuhku.

    Di malam terakhir itu aku teringat sawah di kampung.
    Aku, suami, dan anakku bersantap di saung,
    Aisah, kata suami kepada anakku,
    Ibumu akan ke Saudi,
    Bekerja di sana;
    Nanti Ibu akan pulang membawa rejeki
    Dan kita akan membeli sawah ini
    Yang lebih besar dari sawah kakek.
    Anak itu tampak kegirangan
    Sejak dulu ia senang
    Duduk di saung.

    Di malam terakhir
    Aku terus berdzikir
    Kuharapkan ada mukjizat
    Menyelamatkan diriku.
    Bayangan suami dan anakku
    Berseliweran dalam benakku
    Mengaduk-aduk perasaanku.

    Ampun ya Allah
    Siapkan hatiku
    Ampun ya Allah
    Siapkan jiwaku.

    Terus aku berdzikir
    Hingga tak ingat apa-apa lagi.

    Dalam dzikirku malam terakhir itu
    Terbayang suamiku datang ke kamarku
    Dan dibisikkannya,

    Aminah, betapa bangga aku padamu:
    Kau berjuang untuk keluarga
    Membela kehormatan diri.
    Guru ngaji di pesantren
    Tak akan menyalahkanmu.
    Meski besok dipancung
    Kau tetap hidup di hatiku
    Dan di hati Aisah, anak kita itu.

    Coba kupeluk bayangan suamiku
    Bayangan anakku
    Hangat terasa – aku tersenyum
    Dan itu senyumku yang terakhir.

    "Anto Erlangga Penuh Inpirasi"
    • Blogger Comments
    • Facebook Comments

    0 komentar:

    Post a Comment

    Disclaimer : Komentar adalah tanggapan pribadi, tidak mewakili kebijakan editorial redaksi massAksi. Redaksi berhak mengubah kata-kata yang berbau pelecehan, intimidasi, bertendensi suku, agama, ras, dan antar golongan

    Item Reviewed: Minah Tetap Dipancung Rating: 5 Reviewed By: Unknown
    Scroll to Top